Cinta Seperti Embun yang Tak Pernah Berteriak

Cinta,
adalah embun pagi yang jatuh di daun singkong,
tidak memilih bunga,
tidak menuntut harum,
cukup hadir untuk menjaga hijau tetap hidup.

Ia tidak menjerit di tengah badai,
tidak pula menuntut matahari bersikap lunak,
cinta tetap menjadi cinta,
meski kerap larut sebelum mata sempat memeluknya.

Aku pernah menanam cinta di ladang yang gersang,
lalu hujan tak datang,
tapi pohonnya tumbuh —
karena cinta, kadang, adalah akar yang menolak mati.

Ia tak meminta dikenang,
cukup tahu bahwa pernah hadir,
di antara jejak kaki
dan aroma tanah basah yang selalu kembali meski jarang disapa.

Cinta,
adalah ketulusan yang tidak jadi puisi,
adalah doa ibu di balik pintu,
adalah diam yang tidak bisu,
dan langkah yang tetap setia,
meski dunia enggan melihat ke arah sana.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *