Perkembangan teknologi dan budaya telah membawa bahasa indonesia semakain jauh dari penuturnya. Bahasa indonesia yang baik dan benar semakin jarang dipakai terutama di kalangan remaja, seiring perkembangan jaman munculah modifikasi gaya bahasa menjadi bahasa gaul. Hal ini dipengaruhi juga oleh semakin berkembangnya teknologi, terutama berkembangnya situs jejaring sosial, seperti facebook dan twitter. Pada tahun 2008, muncul suatu bahasa baru dikalangan remaja, yang disebut dengan bahasa “Alay”. Kemunculannya dapat dikatakan fenomenal, karena cukup menyita perhatian. Bahasa baru ini seolah menggeser penggunaan bahasa Indonesia dikalangan segelintir remaja. Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar mulai tergusur oleh munculnya bahasa alay, hal ini tampak jelas pada bahasa lisan dan tulis yang sering digunakan oleh masyarakat kita, khususnya dikalangan remaja. Remaja Indonesia kesulitan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesulitan tersebut terjadi karena adanya penggunaan bahasa baru yang mereka anggap sebagai sebuah kreativitas. Bahasa yang mengandung sandi-sandi tertentu dan sekarang dirasa wajar muncul dari beberapa kalangan yang menggunakan bahasa prokem. Bahasa prokem adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang dan hanya dimengerti oleh mereka. Bahasa prokem yang sekarang ini sedang menjadi tren di Indonesia terutama pada kalangan remaja adalah bahasa alay, jika tidak menggunakannya, mereka takut dikatakan ketinggalan zaman atau tidak gaul.
Remaja pada umumnya telah melupakan bahkan tidak mengetahui kaidah EYD dalam membuat sebuah karangan, kalimat, atau bahkan menuliskan sebuah kata. Mereka tidak mengerti bagaimana menulis lambang bilangan, penggunaan kata yang tidak baku, ataupun menggunakan akronim yang benar. Ironis, seharusnya mereka mampu menggunakan kaidah yang benar dalam menulis karena bahasa Indonesia adalah bahasa bangsa kita. Pelajaran bahasa Indonesia sendiri pun telah diajarkan sejak TK. Apakah fenomena yang sedang terjadi pada penggunaan bahasa Indonesia pada remaja saat ini?
Menurut Apriyana [1][1] dalam karya ilmiahnya yang berjudul “Pengaruh Bahasa Gaul Remaja Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia” menyatakan : Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar.
Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman. Sedangkan menurut Ariz VJ [2][2]: Pesatnya perkembangan jumlah pengguna bahasa Alay menunjukkan semakin akrabnya genersai muda Indonesia dengan dunia teknologi terutama internet.
Munculnya bahasa Alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa harus menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis. Akan tetapi, munculnya bahasa Alay juga merupakan sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam bahasa baku dan tidak baku. Bahasa baku biasnya digunakan dalm acara-acara yang kurang formal. Akan tetapi bahasa Alay merupakan bahasa gaul yang tidak mengindah.”
Bahasa adalah kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaksis untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa merupakan alat yang sangat tidak memadai untuk berpikir dengan tertib dan untuk melahirkan pendapat (C.P.F.Lecoutere, L. Grootaers). Munculnya bahasa alay merupakan ancaman yang cukup serius pada penggunaan bahasa lisan dan tulis. Terkadang penggunaan bahasa lisan tidak terlalu disorot, karena merupakan bahasa percakapan sehari-hari, meski demikian pada situasi formal penggunaan bahasa lisan yang kurang baik akan menimbulkan kesan kurang baik pada penggunanya. Seseorang terbiasa menggunakan qu,u akan cenderung sulit menggunakan kata saya, anda. Banyak Remaja yang lancar dalam penggunaan bahasa alay, tetapi kesulitan dalam berbahasa Indonesia. Contohnya, mereka lebih nyaman memakai kata Binund (bingung) yang berarti ayah dan ibu, kemudian ada lagi penggunaan kata dimana menjadi dimandose.
Bahasa Alay menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Tentu saja itu tidak mungkin digunakan ke pihak di luar komunitas mereka misalnya guru dan orangtua. Penggunaan bahasa sandi itu menjadi masalah bila digunakan dalam komunikasi massa karena lambang yang mereka pakai tidak dapat dipahami oleh segenap khayalak media massa atau dipakai dalam komunikasi formal secara tertulis. Sedangkan menurut Irni Ristika [3][3] : Bahasa alay itu adalah variasi bahasa yang muncul karena adanya komunitas anak-anak remaja/muda. Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah Anak layangan. Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren secara gaya busananya. Menurut Koentjaraningrat, Alay adalah gejala yang dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakaian mereka.
Istilah alay hadir setelah di facebook semakin marak penggunaan bahasa tulis yang tak sesuai kaidah bahasa Indonesia oleh remaja. Hingga kini belum ada definisi yang pasti tentang istilah ini, namun bahasa ini kerap dipakai untuk menunjuk bahasa tulis. Dalam bahasa alay bukan bunyi yang dipentingkan tapi variasi tulisan.”
Menurut Koentjaraningrat, alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia yang ingin diakui statusnya. Gejala ini akan mengubah gaya penulisan serta komunikasi secara lisan. Sedangkan bahasa alay menurut Sahala Saragih, dosen Fakultas Jurnalistik. Universitas Padjajaran, merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas mereka. Penggunaan bahasa sandi tersebut menjadi masalah jika digunakan dalam komunikasi massa atau dipakai dalam komunikasi secara tertulis. Dalam ilmu bahasa, bahasa alay termasuk sejenis bahasa diakronik. Yaitu bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Ia akan berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa diakronik ini, tidak hanya penting dipelajari oleh para ahli bahasa, tetapi juga ahli sosial atau mungkin juga politik. Sebab, bahasa merupakan sebuah fenomena sosial. Ia hidup dan berkemban karena fenomena sosial tertentu.
Munculnya SMS (Short Message Service) dirasa menjadi cikal munculnya bahasa tulis yang menyimpang. Bermula dari kata-kata yang disingkat, akhirnya menimbulkan singkatan kata yang menyimpang dari kata yang dimaksud. Munculnya jejaring sosialseperti friendster, facebook, dan twitter, mendorong kian maraknya penggunaan bahasa alay di Indonesia, karena dari jejaring sosial tersebut juga muncul kosakata baru. Ini adalah gambaran tentang bahasa tulis yang sedang menjadi tren pada remaja Indonesia :
1. Menggunakan angka untuk menggantikan huruf. Contoh: 4ku ciNT4 5 K4moe (Aku cinta kamu).
2. Kapitalisasi yang sangat berantakan. Contoh: IH kAmOE JaHAddd (ih kamu jahat).
3. Menambahkan “x” atau “z” pada akhiran kata atau mengganti beberapa huruf seperti “s” dengan dua huruf tersebut dan menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD atau setidaknya bahasa yang masih bisa dibaca. Mengganti huruf “s” dengan “c” sehingga seperti balita berbicara. Contoh:, “xory ya, becok aQ gx bica ikut”.
4. menggunakan singkatan-singkata kata : semangka (semangat kaka), stw (santai wae), otw ( on the way)
5. mengubah huruf vokal atau konsonan menjadi kata yang bernada lebih rendah : semangat – cemungud.
6. Menganti huruf dengan angka maupun tanda-tanda dalam bacaan. Contoh huruf i diganti !/1 (pap!),
Penggunaan bahasa alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal, di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan dibiasakannya seseorang menggunakan bahasa alay, maka dapat menyulitkan diri sendiri, misalnya dalam membuat tulisan ilmiah seseorang akan kesulitan menulis karena telah terbiasa menggunakan bahasa alay, dan yang lebih memprihatinkan lagi sampai saat ini belum ada yang pernah mencapai nilai sempurna dalam UN (Ujian Nasional) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dampak positif dengan digunakannya bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga. Dampak negatif lainnya, dapat mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya, karena tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Penggunaan bahasa alay dalam kehidupan sehari – hari ini mempunyai pengaruh negatif bagi kelangsungan bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut antara lain sebagai berikut ini :
1. Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku.
2. Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3. Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Dulu anak – anak kecil bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi sekarang anak kecil lebih menggunakan bahasa alay. Misalnya dulu kita memanggil orang tua dengan sebutan ayah atau ibu, tapi sekarang anak kecil memanggil ayah atau ibu dengan sebutan bokap atau nyokap.
5. Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada penulisan bahasa indonesia yang baik dan, hanya huruf awal saja yang diberi huruf kapital, dan tidak ada penggantian huruf menjadi angka dalam sebuah kata ataupun kalimat.”
Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan remaja bahkan dikalangan anak-anak. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa remi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa.
Melihat dampak yang cukup mencengangkan ini apa yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan bahasa alay ini?
Yang pertama, sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di sekolah lebih menekankan lagi bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD.
Yang kedua, pada saat berkomunikasi kita harus bisa membedakan dengan siapa kita berbicara, pada situasi formal atau nonformal. Dengan ini kita bisa menyeimbangkan penggunaan bahasa dengan baik agar bahasa alay tidak mendominasi kosakata yang kita miliki.
Yang ketiga, mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat dengan tulisan yang aneh. Seperti singkatan kata yang menjadi “yg”dan bukan “yank”, disamping mudah membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak membuat si penerima pesan merasa kebingungan membaca tulisan kita.
Yang keempat, banyak membaca tulisan yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku tersebut terdapat tulisan yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya wacana, berita, ataupun informasi dalam surat kabar.
Yang kelima, sebaiknya kita rajin membaca KBBI, karena banyak kosakata bahasa Indonesia yang sudah banyak dilupakan. Ini adalah salah satu wujud bangga terhadap bahasa kita.
Bahasa menunjukkan bangsa, pemakaian bahasa yang baik dan benar akan mencerminkan bangsa kita. Walaupun bahasa alay tidak menjadi bahasa yang menggantikan bahasa Indonesia, tetapi lebih baik penggunaan bahasa ini dikurangi, karena dilihat dari kenyataan saat ini, bahasa alay membuat masyarakat. Indonesia kian kehilangan ciri kebahasa-Indonesiaanya. Siapa lagi yang bangga dengan bahasa Indonesia jika bukan kita? Bahasa alay mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak negatif lebih cenderung menguasai dan mengakibatkan permasalahan bagi orang yang menggunakanya. Seperti sulit berbicara, menulis, membaca bahkan menyimak dalam bahasa yang sesuai EYD. Maka dari itu sebaiknya kita mencegah dengan cara meminimalisir bahasa alay yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila kegemaran menggunakan bahasa alay ini berlangsung lama dan makin dicintai, resmilah kita mengubur semangat sumpah pemuda berbahasa satu, bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://apriyanaodih.blogspot.com/2011/04/pengaruh-bahasa-gaul-remaja-dalam.html, diakses(15/10/2012)
http://ariz-ariwibowo.blogspot.com/2011/02/dampak-buruk-bahasa-alay-terhadap_23.html, diakses(15/10/2012) Penggunaan Bahasa.”
(http://www2,kompas. com.htm, diakses 15Oktober 2012).
Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Flores: Nusa Indah