Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Puisi ada dan selalu ada di dalam dunia sastra. Bagaimana dengan bentuk karya sastra ini? Ada masalah yang seringkali ditemukan di bangku sekolah. Guru tidak bisa menulis puisi. Guru bahkan tidak pernah menulis puisi. Penulis, beberapa waktu lalu dalam mengisi acara Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Sertifikasi Guru Rayon 12 Surakarta, sebagai instruktur menemukan bahwa, ada beberapa guru yang belum pernah menulis puisi. Mereka terpaksa dan saya paksa menulis sebuah puisi sebagai bentuk pemberian pengalaman pernah menulis puisi.
Dalam penulisan puisi setiap individu melewati serangkaian kegiatan kreatif dengan cara dan gaya tersendiri. Ada generalisasi proses kreatif yang sama dalam menulis puisi yang terdiri atas empat tahap, yaitu penentuan ide, pengendapan, penulisan, serta editing dan revisi.
1. Pencarian Ide
Bahan pertama dalam menulis puisi adalah ide atau inspirasi, yaitu sesuatu yang menyentuh rasa atau jiwa yang menbuat sesorang ingin mengabadikan dan mengekspresikannya dalam puisi. Ide ini berupa pengalaman yaitu segala kejadin yang ditangkap panca indera kita, yang kemudian menimbulkan efek-efek rasa, sedih, senang, bahagia, marah, dan sebagainya, yang kemudaian dituliskan dalam bentuk puisi.
Pencarian inspirasi itu bersifat aktif-kreatif, bukan pasif seperti yang dipahami selama ini, yaitu menunggu inspirasi datang. Ide atau inspirasi haruslah dipanggil, dicari dan diburu dengan cara menyensitifkan panca indera kita dalam memaknai setiap kejadian dan fenomena yang dijumapai di sekeliling. Dengan demikian, kepekaan panca indera dan pemahaman diri yang baik menjadi kunci untuk bisa mendapatkan inspirasi sebagi bahan penulisan.
Pemahaman diri penting karena setiap individu memiliki ciri khas dalam memaknai setiap kejadian atau fenomena yang diterima panca indera. Selain aspek penghayatan pancaindera, ide juga bisa muncul dari setiap peristiwa yang dialami sendiri yang dianggap istimewa atau berharga, misalnya kesedihan, percintaan, kerinduan, dan keputusasaan. Dalam situasi ini, jika kita sedang mengalami kejadian yang menggugah rasa, sesungguhnya ide atau inspirasi sudah masuk, maka segeralah dijadikan karya, jangan ditunda momen-momen itu karena bisa hikang dengan sendirinya.
2. Pengendapan atau Perenungan
Jika ide itu sudah didapat, maka renungkannlah atau endapkanlah, proses ini disebut pematangan ide. Biasanya proses pengendapan ini lama karena berkaiatan dengan cara yang akan dilakukan agar ide itu menarik. Dalam pengembangan ide yang harus direnungkan utamanya adalah kata-kata, yaitu merenungkan kata-kata yang tepat, diksi, puistik, dan mengandung makna yang dalam dan kompleks, karena kunci utama puisi adalah pada konsentrasi kata, sehingga aspek utama merenungkan dan mengembangkan ide adalah diksi atau kata yang tepat. Diksi itu dapat diperoleh dari kata-kata yang ada dan berserakan di sekeliling kita, karena kata yang indah tidak hanya pada pikiran tetapi juga dari hal-hal kecil yang menarik dan ada di sekeliling kita yang khas dan tidak pernah dipikirkan orang lain.
Tahap pengendapan ide ini digunakan untuk menemukan bait kunci atau diksi kunci yang akan dijadikan sebagai pijakan untuk mengembangkan ide. Proses pengendapan ide umumnya bersifat respon spontan. Artinya, jika kita mendapatkan ide, maka perasaan dan pikiran kita langsung berimajinasi ke mana-mana.
3. Penulisan
Jika proses pengendapan atau perenungan ide sudah matang, maka tahap selanjutnya adalah penulisan. Tulislah apa yang sudah ingin ditulis dengan segera tanpa ditunda-tunda, jangan berhenti kalau memang benar-benar buntu. Prinsip menulisnya adalah ungkapan segala hal yang sudah ada dalam otak tenatang ide yang sudah didapat dan diendapkan. Jika masih punya tenaga dan daya, bisa hasil tulisn yang sudah jadi dibaca ulang dan dibetulkan bahasa dan isinya.
Bagaimanapun menulis itu membutuhkan tenaga ekstra, sehingga perlu istirahat saat sudah selesai. Dalam penulisan ini, persoalan yang sering muncul adalah buntu, mancet, tidak bisa melanjutkan karena idenya buntu. Jika hal itu terjadi, maka jangan paksakan selesai. Persoalan baik atau tidak puisi itu tergantung pada proses. Kadang satu ide dalam menulis puisi bisa menghasilkan lebih dari satu puisi.
4. Editing dan Revisi
Jika sudah kelar penulisan, disusul dengan editing dan revisi. Editing ini berkaitan dengan pembetulan pada puisi yang diciptakan pada aspek bahasa, baik salah ketik, pergantian kata, sampai kalimat, bahkan tata tulis. Sedangkan revisi berkaitan dengan penggantian isi atau substansi. Dua hal ini pasti terjadi dalam setiap penciptaan puisi. Hal ini terjadi karena pada saat menulis sebenarnya dalam keadaan trans, semacam ketidaksadaran, sehingga hasil puisi sering terjadi anakronistis dari aspek bahasa maupun isi. Oleh karena itu, editing dan revisi menjadi syarat mutlak untuk bisa menghasilkan karya puisi yang bagus.
Editing dan revisi merupakan bagian dari keharusan proses menulis yang selain bertujuan untuk membuat puisi menjadi semakin baik, juga untuk menunjukkan sikap apresiasi terhadap karya sendiri.
Persoalan yang sering muncul dalam proses editing dan revisi adalah seringnya berubah bahasa dan isi dari puisi awal dengan puisi setelah editing dan revisi karena mendapat tambahan, penghilangan, bahkan penggantian tema. Saat menulis tuntutannya adalah “jadi karya”, maka menulispun meluncur saja tidak terkendali. Sedangkan editing dan revisi tuntutannya adalah “perbaiki”, maka segala hal baik bahasa maupun isi yang dikira tidak sesuai dan tidak baik harus diperbaiki. Karena prinsip ini, maka dalam editing dan revisi selalu terjadi perubahan yaitu perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Proses editing dan revisi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Setelah selesai beristirahat, baca kembali puisi dalam komputer pelan-pelan.
b. Perbaikilah aspek bahasa jika terdapat kesalahan
c. Setelah selesai, cetaklah karya dalam print out.
d. Pindahkan revisian dalam komputer, kemudian cetak karya tersebut
e. Selanjutnya baca kembali, jika masih ada yang salah atau tidak pas, maka berikan puisi itu pada teman, saudara, atau pakar dibidangnya untuk membacanya dan mengkritiknya.