a. Kecakapan Koqnitif
Upaya pengembangan fungsi koqnitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap koqnitif sendiri, melainkan terhadap afektif dan psikomotor. Ada dua macam kecakapan koqnitif siswa yang perlu dikembangkan secara khusu oleh guru yaitu:
- Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
- Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung didalam materi tersebut.
Strategi adalah prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan upaya yang bersifat koqnitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan koqnitif atau kebiasaan belajar. Pilihan tersebut yaitu menghafal prinsip yang ada dalam materi dana mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut.
Ada dua prefensi koqnitif
- Dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menggarap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidakstabilan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam tetapi hanya sekedar lulus atau naik kelas semata
- Dorongan dari dalam (motif Intrinsik), dalam arti siswa tertarik dan membutuhkan materi-materi yang disajikan gurunya.
Guru dituntut untuk mengembangkan dengan kecakapan koqnitif siswa dalam memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan terhadap pesan moral yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuan.
b. Kecakapan Afektif
Kebersihan pengembangan koqnitif tidak hanya membuahkan kecakapan koqnitif akan tetapi membuahkan kecakapan afektif. Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi serta preferensi. Koqnitif mementingkan aplikasi prinsip atau meningkatkan kecakapan afektif para siswa. Peningkatan-peningkatan afektif ini antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap
c. Kecakapan psikomotor
Keberhasilan pengembangan koqnitif berdampak positif pada perkembangan psikomotor. Kecakapan psikomotor adalah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya. Kecakapan psikomotor merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a) Ranah proses berfikir (cognitive domain)
b) Ranah nilai atau sikap (affective domain)
c) Ranah keterampilan (psychomotor domain)
CONTOH DAFTAR KATA KERJA RANAH KOGNITIF (Cl – C6)
Pengetahuan (Cl) |
Pemahaman (C2) |
Penerapan (C3) |
Analisis (C4) |
Sintesis (C5) |
Penilaian (C6) |
Mengutip |
Memperkirakan |
Menugaskan |
Menganalisis |
Mengabstraksi |
Membandingkan |
Menyebutkan |
Menjelaskan |
Mengurutkan |
Mengaudit |
Mengatur |
Menyimpulkan |
Menjelaskan |
Mengkategorikan |
Menentukan |
Memecahkan |
Menganimasi |
Menilai |
Menggambar |
Mencirikan |
Menerapkan |
Menegaskan |
Mengumpulkan |
Mengarahkan |
Membilang |
Merinci |
Menyesuaikan |
Mendeteksi |
Mengkategorikan |
Mengkritik |
Mengidentiflkasi |
Mengasosiasikan |
Mengkalkulasi |
Mendiagnosis |
Mengkode |
Menimbang |
Mendaftar |
Membandingkan |
Memodifikasi |
Menyeleksi |
Mengkombinasikan |
Memutuskan |
Menunjukkan |
Menghitung |
Mengklasifikasi |
Memerinci |
Menyusun |
Memisahkan |
Memberi label |
Mengkontrasikan |
Menghitung |
Menominasikan |
Mengarang |
Memprediksi |
Memberi indek |
Mengubah |
Membangun |
Mendiagramkan |
Membangun |
Memperjelas |
Memasangkan |
Mempertahankan |
Mengurutkan |
Mengkorelasikan |
Menanggulangi |
Menugaskan |
Menamai |
Menguraikan |
Membiasakan |
Merasionalkan |
Menghubungkan |
Menafsirkan |
Menandai |
Menjalin |
Mencegah |
Menguji |
Menciptakan |
Mempertahankan |
Membaca |
Membedakan |
Menentukan |
Mencerahkan |
Mengkreasikan |
Memerinci |
Menyadap |
Mendiskusikan |
Menggambarkan |
Menjelajah |
Mengoreksi |
Mengukur |
Menghafal |
Menggali |
Menggunakan |
Membagankan |
Merancang |
Merangkum |
Menim |
Mencontohkan |
Menilai |
Menyimpulkan |
Merencanakan |
Membuktikan |
Mencatat |
Menerangkan |
Melatih |
Menemukan |
Mendikte |
Memvalidasi |
Mengulang |
Mengemukakan |
Menggali |
Menelaah |
Meningkatkan |
Mengetes |
Mereproduksi |
Mempolakan |
Mengemukakan |
Memaksimalkan |
Memperjelas |
Mendukung |
Meninjau |
Memperluas |
Mengadaptasi |
Memerintahkan |
Memfasilitasi |
Memilih |
Memilih |
Menyimpulkan |
Menyelidiki |
Mengedit |
Membentuk |
Memproyeksikan |
Menyatakan |
Meramalkan |
Mengoperasikan |
Mengaitkan |
Merumuskan |
|
Mempelajari |
Merangkum |
Mempersoalkan |
Memilih |
Menggeneralisasi |
|
Mentabulasi |
Menjabarkan |
Mengkonsepkan |
Mengukur |
Menggabungkan |
|
Memberi kode |
Melaksanakan |
Melatih |
Memadukan |
||
Menelusuri |
Meramalkan |
Mentransfer |
Membatasi |
||
Menulis |
Memproduksi |
Mereparasi |
|||
Memproses |
|||||
Mengaitkan |
Menampilkan |
||||
Mensuimulasikan |
Menyiapkan |
||||
Memecahkan |
Memproduksi |
||||
Mel.akukan |
Merangkum |
||||
Mentabulasi |
Merekonstruksi |
||||
Menyusun |
|||||
Memproses |
|||||
meramalkan |
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
- Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-’Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.
- Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-’Ashar secara lancar dan jelas.
- Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
- Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
- Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
- Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
CONTOH DAFTAR KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH AFEKTIF (A1-A5)
Menerima (Al) |
Menanggapi (A2) |
Menilai (A3) |
Mengelola (A4) |
Menghayati (A5) |
Memilih |
Menjawab |
Mengasumsikan |
Menganut |
Mengubah prilaku |
Mempertanyakan |
Mem bantu |
Meyakini |
Mengubah |
Berakhlak mulia |
Mengikuti |
Mengajukan |
Melengkapi |
Menata |
Mempengaruhi |
Memberi |
Mengkompromikan |
Meyakinkan |
Mengklasifikasikan |
Mendengarkan |
Menganut |
Menyenangi |
Memperjelas |
Mengkombinasikan |
Mengkualifikasi |
Mematuhi |
Menyambut |
Memprakarsai |
Mempertahankan |
Melayani |
Meminati |
Mendukung |
Mengimani |
Membangun |
Menunjukkan |
Mendukung |
Mengundang |
Membentuk pendapat |
Membuktikan |
|
Menyetujui |
Menggabungkan |
Memadukan |
memecahkan |
|
Menampilkan |
Memperjelas |
Mengelola |
||
Melaporkan |
Mengusulkan |
Menegosiasi |
||
Memilih |
Menekankan |
Merembuk |
||
Mengatakan |
Menyumbang |
|||
Memilah |
||||
Menolak |
Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :
a. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
b. Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik.
c. Penilaian atau penentuan sikap (valung)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
d. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.
e. Karakterisasi / pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa
CONTOH KATA KERJA OPERASIONAL UNTUK RANAH PSIKOMOTOR (P1-P4)
PENIRUAN (PI) |
MANIPULASI (P2) |
KETETAPAN (P3) |
ARTIKULASI (P4) |
Mengaktifkan |
Mengoreksi |
Mengalihkan |
Mengalihkan |
Menyesuaikan |
Mendemonstrasikan |
Menggantikan |
Mempertajam |
Menggabungkan |
Merancang |
Memutar |
Membentuk |
Melamar |
Memilah |
Mengirim |
Memadankan |
Mengatur |
Melatih |
Memindahkan |
Menggunakan |
Mengumpulkan |
Memperbaiki |
Mendorong |
Memulai |
Menimbang |
Mengidentifikasikan |
Menarik |
Menyetir |
Memperkecil |
Mengisi |
Memproduksi |
Menjelaskan |
Membangun |
Menempatkan |
Mencampur |
Menempel |
Mengubah |
Membuat |
Mengoperasikan |
Menskestsa |
Membersihkan |
Memanipulasi |
Mengemas |
Mendengarkan |
Memposisikan |
Mereparasi |
Membungkus |
Menimbang |
Mengkonstruksi |
Mencampur |
Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
a. Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik